Apa saja nama atau jenis permainan yang dapat kami mainkan dengan
kelereng-kelereng tersebut? nama-nama permainan dengan kelereng yang
masih saya ingat diantaranya adalah: PAL, Oles, Naga atau Apollo dan
Tapo Lari (Tapo adalah bahasa melayu Pontianak yang jika diartikan
dalam bahasa Indonesia artinya adalah sembunyi. jadi kalau betapo
artinya bersembunyi)
main PAL, dimainkan oleh beberapa anak, minimal dimainkan oleh 2 orang, di atas tanah yang lembut (tidak kering). di atas tanah itu dibuat gambar dan garis yang terdiri dari 2 buah tanda yang menyerupai huruf N dan garis panjang sebagai pembatas (yang disebut sebagai PAL)
Main Oles, dimainkan oleh minimal 2 orang anak, diatas tanah. Diatas Tanah dibuat sebuah lingkaran yang luasnya dapat dikehendaki oleh pemain sesuka hati. Namun rata-rata jari-jari lingkaran yang biasa digunakan sekitar 30-50 CM. di tengah-tengah lingkaran itu di letakkan beberapa buah kelereng hasil taruhan atau pasangan setiap pemain. jika yang bermain 3 orang, dan pasangan atau taruhannya 4 buah kelereng, maka jumlah di tengah lingkaran itu adalah 3×4=12 buah kelereng.
Cara bermain Oles. dalam permainan oles ini setiap anak diberi kesempatan satu kali setiap sesi.
main PAL, dimainkan oleh beberapa anak, minimal dimainkan oleh 2 orang, di atas tanah yang lembut (tidak kering). di atas tanah itu dibuat gambar dan garis yang terdiri dari 2 buah tanda yang menyerupai huruf N dan garis panjang sebagai pembatas (yang disebut sebagai PAL)
Main Oles, dimainkan oleh minimal 2 orang anak, diatas tanah. Diatas Tanah dibuat sebuah lingkaran yang luasnya dapat dikehendaki oleh pemain sesuka hati. Namun rata-rata jari-jari lingkaran yang biasa digunakan sekitar 30-50 CM. di tengah-tengah lingkaran itu di letakkan beberapa buah kelereng hasil taruhan atau pasangan setiap pemain. jika yang bermain 3 orang, dan pasangan atau taruhannya 4 buah kelereng, maka jumlah di tengah lingkaran itu adalah 3×4=12 buah kelereng.
Cara bermain Oles. dalam permainan oles ini setiap anak diberi kesempatan satu kali setiap sesi.
Orang Betawi menyebut kelereng dengan nama gundu. Orang Jawa, neker. Di
Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di Banjar, kleker. Nah, ternyata,
kelereng juga punya sejarah. Ini kuketahui saat membaca majalah Intisari
edisi Desember 2004, rubrik asal-usul, hal 92.
Sejak abad ke-12, di Prancis, kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil. Lain halnya di Belanda, para Sinyo-Sinyo itu menyebutnya dengan knikkers. Lantas, adakah pengaruh Belanda, khususnya di Jawa, knikkers diserap menjadi nekker? Mengingat, Belanda pernah numpang hidup di Indonesia.
Tahun, 1694. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman. Namun, jauh sebelumnya, anak-anak di Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau knikkers.
Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16 hingga 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah liat dan diproduksi besar-besaran.
Jauh pada peradaban Mesir kuno, tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat. Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa.
Pada masa Rowami, permainan Kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan.
Salah seorang penggemar kelereng adalah Octavian, kelak menjadi Kaisar Agustus. Layaknya permainan, di Romawi saat itu juga mempunyai aturan-aturan resmi. Peraturan tersebut menjadi dasar permainan sekarang.
Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelerang yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya sendiri.
Sejak abad ke-12, di Prancis, kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil. Lain halnya di Belanda, para Sinyo-Sinyo itu menyebutnya dengan knikkers. Lantas, adakah pengaruh Belanda, khususnya di Jawa, knikkers diserap menjadi nekker? Mengingat, Belanda pernah numpang hidup di Indonesia.
Tahun, 1694. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman. Namun, jauh sebelumnya, anak-anak di Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau knikkers.
Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16 hingga 19. Setelah itu baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah liat dan diproduksi besar-besaran.
Jauh pada peradaban Mesir kuno, tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat. Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM. Kelereng tersebut ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa.
Pada masa Rowami, permainan Kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng tanda persahabatan.
Salah seorang penggemar kelereng adalah Octavian, kelak menjadi Kaisar Agustus. Layaknya permainan, di Romawi saat itu juga mempunyai aturan-aturan resmi. Peraturan tersebut menjadi dasar permainan sekarang.
Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelerang yang semula satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu sempat terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar