Anak menjadi lebih kreatif
Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh para pemainnya.
Mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di
sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif
menciptakan alat-alat permainan.
Selain itu, permainan tradisioanal tidak memiliki aturan secara
tertulis. Biasanya, aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah umum
digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan
para pemain. Di sini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk
kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka.
Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak
Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak,
tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai
terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut.
Mengembangkan kecerdasan majemuk anak
Mengembangkan kecerdasan intelektual anak
Permainan tradisional seperti permainan
Gagarudaan, Oray-Orayan, dan Pa Cici-Cici Putri mampu
membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan intelektualnya. Sebab,
permainan tersebut akan menggali wawasan anak terhadap beragam
pengetahuan.
Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak
Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan:
mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain,
nyaman dan terbiasa dalam kelompok.
Beberapa permainan tradisional yang dilakukan secara berkelompok di antaranya:
- Bebentengan,
- Adang-Adangan,
- Anjang-Anjangan
- Kasti.
Mengembangkan kecerdasan logika anak
Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya, misalnya:
- Engklek
- Congkak
- Macan/Dam Daman
- Lompat tali/Spintrong
- Encrak/Entrengan
- Bola bekel
- Tebak-Tebakan
Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya untuk
bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan
gerakan-gerakan lainnya. Contoh permainannya adalah:
- Nakaluri
- Adang-Adangan
- Lompat tali
- Baleba
- Pulu-Pulu
- Sorodot Gaplok
- Tos Asya
- Heulang jeung Hayam
[8]Enggrang
Mengembangkan kecerdasan natural anak
Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan, tanah,
genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan anak terhadap
alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu terhadap alam. Contoh
permainannya adalah:
- Anjang-Anjangan/dadagangan
dengan membuat minyak dari daun bunga sepatu, mie baso terbuat dari
tumbuhan parasit berwarna kuning yang bisanya tumbuh di tumbuhan anak
nakal.
- Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali
- Engrang terbuat dari bambu
- Encrak menggunakan batu
- Bola sodok menggunakan bambu
- Parise terbuat dari bambu
- Calung terbuat dari bambu
- Agra/sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan
Mengembangkan kecerdasan spasial anak
Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional
Anjang-Anjangan. Permainan itu mendorong anak untuk mengenal konsep
ruang dan berganti peran (teatrikal).
Mengembangkan kecerdasan musikal anak
Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional.
Permainan-permainan yang dilakukan sambil bernyanyi di antaranya:
- Ucang-Ucang Angge
- Enjot-Enjotan
- Calung
- Ambil-Ambilan
- Tari Tempurung
- Berbalas Pantun
- Wayang
- Pur-Pur Sadapur
- Oray-Orayan
Mengembangkan kecerdasan spiritual anak
Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan kalah. Namun
menang dan kalah ini tidak menjadikan para pemainnya bertengkar atau
minder. Bahkan ada kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan
permainan mengajarkan tidak secara langsung kepada teman-temannya yang
belum bisa.
Permainan tradisional dilakukan lintas usia, sehingga para pemain yang
usianya masih belia ada yang menjaganya, yaitu para pemain yang lebih
dewasa.
Para pemain yang belum bisa melakukan permainan dapat belajar secara
tidak langsung kepada para pemain yang sudah bisa, walaupun usianya
masih di bawahnya.
Permainan tradisional dapat dilakukan oleh para pemain dengan multi jenjang usia dan tidak lekang oleh waktu.
Tidak ada yang paling unggul. Karena setiap orang memiliki kelebihan
masing-masing untuk setiap permainan yang berbeda. Hal tersebut
meminimalisir pemunculan ego di diri para pemainnya/anak-anak.